Follow Us @ngajimuslimah

Nasehat Kiai Said Tentang Pernikahan dan Cinta Kasih

Antara Lafadz kholaqo dan ja’ala, tentu memiliki arti yang berbeda dengan kata ja’ala, meskipun jika diterjemahkan tampaknya sama saja, yakni menjadikan atau menciptakan.

Kholaqo itu bermakna membuat dengan melalui proses yang tidak dapat diganggu gugat. Kholaqo adalah kata kerja yang tidak dihubungkan pada proses manusiawi, proses penciptaan yang terkandung dalam makna kholaqo adalah murni hak preogratif Allah.

Hal ini berbeda dengan kata ja’ala yang pada prosesnya menyertakan pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan. Jika sebuah kalamullah menggunakan kata ja’ala, maka berarti manusia turut dilibatkan dalam proses pengerjaannya.

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. QS aR-Ruum: 21

Mengapa pada ayat diatas ketika Allah mengatakan menciptakan manusia, memakai kata “khalaqa”, sedangkan ayat selanjutnya pada ayat diatas juga, ketika mengatakan “menjadikan diantara kamu rasa kasih dan sayang “ itu memakai kata “ja’ala “ bukankah kedua arti diatas sama-sama memiliki arti “menjadikan/menciptakan…..?

Ternyata, betapa telitinya Allah dalam memasangkan kata perkata sesuai dengan maknanya yang terkandung didalam al-Qur’an, dan pemakaian setiap kata tersebut berbeda maknanya.

Pada lafadz pertama dalam ayat diatas, Allah mengatakan menciptakan manusia menggunakan lafdz خلق. Jadi benar-benar Allah yang menciptakan manusia itu tanpa ada campur tangan makhluk lainnya, sementara pada kata kedua menggunakan kata جعل Dan menjadikan diantara kamu cinta dan kasih sayang.

Ini bermakna bahwa dalam menciptakan atau menjadikan pernikahan itu menjadi sebuah cinta, kasih sayang, kenyamanan, ketentraman dan ketenangan diantara kedua mempelai bukan hanya berasal Allah semata yang menentukannya, tapi atas usaha kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.

Allah memang sudah menjanjikan pada kita dengan adanya pernikahan, maka terciptalah ketenangan, kasih sayang dan cinta, namun itu semua tidak akan tercapai tujuan pernikahan untuk menuju ketenangan jiwa, cinta dan kasih sayang, tanpa usaha dari kedua belah pihak.

Itulah sebabnya Allah memakai kata جعل bukan khalaqa خلق.

Selamat menempuh hidup baru untuk Muhammad Amud Shofi dan Aufa Najda Zainab.


*Nasehat ini disampaikan di acara resepsi pernikahan keponaka Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, yaitu Muhammad Amud Shofi Dengan Aufa Najda Zainab. Sumber: Teras Kiai Sa’id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar