Follow Us @ngajimuslimah

Jerih Payah Nyai Dlomroh Lirboyo

Juni 14, 2019 0 Comments
Oleh: Mbah Bram

Ketika santrinya semakin banyak, KH. Manab Abdul Karim didatangi oleh utusan dari Magelang, tempat kelahiran beliau, yang meminta beliau untuk pulang ke Magelang dan mendirikan pesantren di sana. Serta sudah disediakan masjid, rumah dan tanah yang bisa menunjang kehidupan beliau.

Mbah Kiai menyerahkan kepada Nyai Dlomroh binti KH. Sholeh, sang istri, untuk menjawabnya. Nyai Dlomroh pun menjawab dengan ucapan yang ditujukan kepada Mbah Kiai Manab;

"Kiai, kalau njenengan pulang ke Magelang, silakan. Tapi pulangkan saya ke bapak saya. Tapi bila njenengan tetap disini, maka njenengan fokus mengaji dan ngopeni santri, sementara untuk urusan ma'isyah (kebutuhan sehari-hari) saya yang menyanggupi."

Demikianlah, Nyai Dlomroh setiap harinya berangkat ke pasar Bandar untuk berjualan kebutuhan dapur, kulakan dari daerah pegunungan Besuki, juga kain batik yang langsung dibatik dengan tangan beliau sendiri. Seiring waktu, beliau mulai menyewa sawah yang ternyata sukses sehingga bisa membeli sawah sendiri, bahkan bisa membeli tanah yang berada di sekitar tempat tinggal beliau.

Alhasil, semua tanah komplek asrama santri pondok pesantren Lirboyo yang lama dan yang kemudian ditinggali oleh putri-putri dan cucu beliau di Lirboyo adalah hasil dari jerih payah beliau.

Nyai Rodliyah Ploso Sang Wanita Tangguh

Juni 14, 2019 0 Comments
Oleh: Shodaq Ahmad

"Nyapo libur?" tanya Mbah Nyai Rodliyah kepada seorang ustadz Pesantren Al-Falah Ploso. "Mboten kepenak awak ipun," jawab ustad tersebut. "Tak gawekno jamu, ben waras," dhawuh Mbah Nyai Rodliyyah sambil berlalu untuk mengolah ramuan jawa.

Setelah minum jamu buatan Mbah Nyai, sang ustadpun merasa sungkan dan malu. Ia lalu beranjak menunaikan tugas mengajar di madrasah Pesantren Al-Falah.

Banyak orang berkata, di balik kesuksesan seorang laki-laki, pasti di belakangnya ada sosok perempuan tangguh.  Tangguh itu bisa ditafsiri dengan sifat telaten, sabar, tegas, menaati perintah suami, mendoakan keluarga, sebagai contoh bagi anak-anaknya, dan lain-lain. Tafsir ketangguhan istri seperti itu, semuanya dimiliki oleh almaghfurlaha Mbah Nyai Rodliyyah Djazuli.

Harus diakui bahwa kesuksesan Mbah Djazuli dalam membangun Al-Falah salah satunya karena jasa besar istri tercintanya, yang telaten, tegas, dan penuh keikhlasan. Ketika Yai Djazuli menjadi imam sholat subuh misalnya, Mbah Nyai dengan telatennya keluar rumah untuk mengontrol para santri yang punya gelagat tidak mau berjam'ah atau bahkan mbangkong (tidur). Dan itu dilakukan oleh Mbah Nyai setiap hari.

Jika wanita dalam pikiran kita hanya bisa masak, mapan, dan macak. Itu salah besar. Peran wanita sangat diperlukan, baik di garis belakang atau pun garis depan. Seperti Mbah Nyai Rodliyyah yang sigap di urusan rumah tangga (masak, mengurus anak dan suami) dan sigap mengurusi pondok. Mulai dari oprak-oprak santri, menata keuangan pondok, hingga meriyadlohi (nirakati) santri agar bisa menjadi insan yang mulia di sisi Allah.

Bahkan Mbah Nyai Rodliyyah dengan suara halus matur kepada Mbah Djazuli, "Mpun, njenengan ngaos mawon, kulo engkang ngurusi sangu. (Sudah, Bapak mengaji saja, saya yang mengurusi kebutuhan keluarga.)"

Itulah Mbah Nyai kita, yang akan selalu kami kenang jasanya, sebagai penyemangat kami dalam berjuang meneruskan tongkat estafet Yai Djazuli. Allahummaghfirlaha.

Sumber: http://www.santrijagad.org/2018/05/mbah-nyai-rodliyah-djazuli-ploso-sang.html

Nasehat Mbah Maemun Tentang Teladan Nabi Muhammad dan Siti Khadiah

Juni 14, 2019 0 Comments
Embah K.H. Maemun Zubair dalam tausiah pernikahan tadi siang, 11.03.18, di Pesantren Kempek bercerita tentang istri-istri Nabi. Yang pertama adalah Siti Khadijah al-Kubra. Berbeda dengan tradisi umum. Khadijah melamar Muhammad, bukan sebaliknya. Kata embah Maemun:

فَخَاطَبَتْهُ خَدِيْجَةُ الْكُبْرَى فَلَمْ يُجِبْ وَفَوَّضَ أَمْرَهُ إِلَى عَمِّهِ أَبِيْ طَالِبٍ.

Siti Khadijah melamar Muhammad (Nabi). Beliau tidak menjawab dan menyerahkan urusan dirinya kepada pamannya, Abu Thalib yang kemudian menerima pinangannya.

Siti Khadijah adalah istri yang sangat mencintai Nabi, dan Nabi juga sangat mencintainya. Ia orang pertama yang mempercayainya sebagai rasul Allah ketika orang lain tidak mempercayainya. Ia yang menguatkan hatinya tatkala beliau gundah. Ia yang sampai akhir hayatnya mendukung sepenuhnya perjuangan Nabi. Ia seorang janda pengusaha sukses yang dengan tulus menyerahkan seluruh kekayaannya untuk perjuangan Nabi. Sekitar 25 tahun Nabi bersamanya. Ia satu-satunya istri Nabi sampai wafatnya. Nabi sangat berduka ditinggalkan perempuan cinta pertamanya itu.

Saat embah Maemun Zubair menyampaikan kisah Siti Khadijah tadi, aku ingat lagi kata-katanya yang lembut penuh kasih: usai menerima wahyu pertama, Nabi pulang dalam keadaan penuh ketakutan. Beliau minta diselimuti. Khadijah menyemuti beliau. Setelah mulai tenang, beliau berkata, “Apa yang terjadi denganku? Dan:

لَقَدْ خَشِيْتُ عَلَى نَفْسِيْ.

Sesungguhnya aku mengkhawatirkan keadaan diriku sendiri, sayang.

 قَالَتْ: كَلَّا وَاللَّهِ، مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الْكَلَّ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ.

Khadijah dengan bijak berkata dengan lembut, “Tidak, sayang, demi Allah, Allah pasti tidak akan membiarkanmu direndahkan. Engkau suka menyambung tali persaudaraan, meringankan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang terhina karena menegakkan kebenaran. Betapa indahnya kata-kata itu.


Sumber: buku Lawaamii’ al-Hikmah ‘Pendar-pendar Kebijaksanaan' KH Husein Muhammad

Nasehat Kiai Asrori Al-Ishaqy; Jangan Menolak Cinta

Juni 14, 2019 1 Comments
Mangkane konco-konco wedok..konco-konco lanang.., jangan sekali-sekali menolak cinta..lebih-lebih menyalahkan orang, yang orang tadi itu mencintaimu.. ”Woook…arek iku seneng karo aku…sorry..”. Ojok lho..gak ilok lho (ngomong ngunu iku).. Perkoro awakmu gak iso nrimo, perkoro awakmu gak gelem, iku hakmu. Tapi tentang cintanya seseorang terhadapmu, ojok sekali-kali awakmu nyalahno..ojok.. Engko angel lho jodomu…

Karena apa?. Kita pun nggak tau..dalam al qur’anul karim, Allah ta’ala telah berfirman: “‘asaa an tuhibbuu syay-an wa Huwa syarrul lakum wa ’asaa an takraHuu syay-an waHuwa khayrul lakum“.. Ada kalanya Engkau mencintai sesuatu, tapi sesuatu itu tidak baik untuk kamu. Adakalanya kamu membenci sesuatu, tapi kenyataannya sesuatu tersebut menjadikan baik untuk kamu.

Belum tentu orang yang kamu benci itu tidak bisa membahagiakan kamu…Ojok nolak cinta..ojok.. Mbarakno angel lho jodone engkok..Yo ojo koen trimo…”Enggeh ya Allah..matur sewu-ewu sembah nuwun kulo ya Allah..lha koq wonten tiyang ingkang nyintai dateng kulo ya Allah… minongko nyuwun agunge pangapunten ya Allah..lha koq manah kulo niki ya Allah… koq dereng saget nampi ya Allah..,” ngono lho…

Ojo koen tolak ojok.. iki (nang kene) onok ndak sing nolak cinta?. Gak ilok lho yo..ojok..temen..niku mbarakno nopo?. Mbarakno angel jodone..ojok…. ”Nggeh leres ya Allah …pancen leres niku cinta dateng kulo ya Allah…kulo mboten nyalahaken ya Allah..namung nopo.o koq kulo niki ya Allah..koq dereng saget nampi ya Allah..manah kulo..,” lho ngono lho…Ojok ngguyu..

Angel..cinta niku angel..(saling) cinta belum tentu jodoh..dan andai kata pun diberi jodoh oleh Allah, belum tentu jodoh itu sampai dibawa mati besok di akhirat.. Onok wong niku cinta..sempat saling cinta..tapi gak sempat rabi.. Onok wong sempat rabi, (tapi) gak sampek sempurno rabine, kenyataane diparingi pegatan karo gusti Allah..onok..

Gak tentu nggeh..kadang-kadang iku onok, barang wes rabi temen..engkok sing lanang disuwun disek nyowoe dening gusti Allah. Engkok sing wedok; rondoe rabi maneeh. Lho durung tentu… jodoh niku ada kelas-kelasnya. Belum tentu besok sampai akhirat.. durung tentu….. Pun yak nopo kiro-kiro?. Ojok nolak cinta ojok….

Mangkane ojo gampang nolak..didilok disik.. ”Arek iku seneng karo aku..mboten nolak kulo ya Allah…kulo dilok mawon ya Allah..adakah sesuatu yang..,” lho ngeeeeten lho..”yang istimewa yang akan mengena di dalam hati saya ya Allah”…lho…ngono mestine niku..

Sing nggarakno mutus cinta niku wong lanang nopo wong wedok seh?. Hayo tak takon saiki?.. Sing mbarakno gara-gara mutus cinta niku wong lanang nopo wong wedok..?. “Kau yg memulai..kau yang mengakhiri..”. Hayo? sopo kiro-kiro?… podo wae.. Gak lanang, gak wedok.. nopo? gampang mutusno cinta…ojok… Ojok gampang nrimo cinta..ojok gampang mutus cinta..kabeh mau: nrimo, mutus cinta..dibalekne menyang gusti Allah..liwat nopo? Liwat istikhoroh!.

Wong rabi niku nopo?…saling mengisi…saling memenuhi, nopo (ibarate)?..tumbu oleh tutup.. lak tumbu karo tutupe niku podo nopo mboten?. Seje..tapi wong mergo cocok..dadi apik.e.. Sing wadahe butuh tutup..tutupe butuh wadah.. Ayok ngomongo…kiro-kiro tutup gak onok wadahe, ya opo kiro-kiro?..utah nopo mboten? utah.. Wadah gak onok tutupe? Ayo?..Sido mambu opo ndak?… Ojok ngguyu… Lho, ngeeten lho..ojok yo.. Jangan sekali-kali kita tertipu oleh cinta..dan kita pun jangan sampai terbius oleh indahnya cinta..ojok.. Ayok..lek wes awakmu simpati karo arek-arek..nek wes awakmu seneng menyang koncomu..sak durunge nemeen..ayok cepet-cepet istikhoroh menyang gusti Allah…”Baikkah dia untuk saya ya Allah?”,..ngono lhoo…

Lha barang wes rabi yo opo?. Menempuh hidup baaru..hidup baru yang mana?. Sifat-sifat, akhlaq-akhlaq yang telah tidak diridloi oleh Allah, diganti dengan kehidupan yang baru yang diridloi oleh Allah.. Wong kepengen jodoh iku duduk ketemune wong wedok ambek wong lanang, duduk.. Sing dijodohno, sing ditemokno niku nopo?: pikirane karo atine…cocok nyocoki.. Lho, cocok-nyocoki niku ilmune Allah..sirrine Allah..tidak cukup hanya diracik..hanya direkayasa di dalam ilmu dan pikiran.. ”Aku tak rabi karo iko..”. “Opo.o?..”, “Sudah mapan…”, waduh.. ”Anaknya direksi..anaknya direktur..”, nggeh ta?..”Kekayaannya telah cukup, pendidikannya sukses..dan penghidupannya pun telah mendapat pekerjaan”…cukup?. Gak cukup…lha kenyataane, barang wes rabi..entek cintae..kasih sayange gak onok? apa yang terjadi?. “Saya cari anak yang berpendidikan”..”Saya cari anak (dengan kriteria tertentu)….” Harus (kah seperti itu)? Harus.. tapi gak cukup… (masih perlu) diistikhorohi maneh…menyang gusti Allah.. ya opo bisa menimbulkan kasih sayang sampek tekane pati?..lho kasih sayang ini yang kita nggak tau….

Makane kadang-kadang ada suatu ucapan, nggeh ta? Di dalam kartu-kartu undangan niku nopo?. Ucapan nopo niku? “Selamat menempuh hidup baru” sing dibarui niku nopo?. Ayo ngomongo… ayo-ayo diilmuni… “Selamat menempuh hidup baru” sing dibarui iki opo?. Lho, wong loro jarene, hehe.. nganyeng iki. Lho ngene loh rek… sing dimaksudno “Menempuh hidup baru” nggeh.. Wong rabi iku gak seneng rabi…wong rabi iku gak karep rabi, opo maneh sampek kebelet rabi..mergo seneng, karep, kebelet iku onok batese [baca: nggak selamanya]..kapan-kapan gampang gak senenge..hayo nggeh nopo mboten..?. Niki lho…sak piro kuate seneng niku sak piiro..? nek olehe rabi niku gak nggowo iman?..iyo nek seh haram..mbecak kepengen rapet.. kadang nek numpak motor sir-siran niku, kursi siji digawe wong loro..nggeh ta?. Mergo sek haram.. sek seneng.. sek karep..ngoper perseneleng niku angel gak opo-opo pokok.e mepet..enggeh?..

Tapi wong seneng, karep, niku enten batese..mbesok nek wes halal..disikuuut..”Rono-rono dek…rono-rono mas…sek kesel aku..sesek ki lho”..Nggeh ta…? nek wes haaalal?..niku nopo? nek ing ndalem olehe cinta gak diparingi nggowo iman..engkok disik…

Wong rabi niku nopo?: butuh raaabi..lho sing dibutuhi niku nopo?. Sing dibutuhi niku duduk rabine.. duduk..(tapi) cocoke jodone, atine, karo wong sing dicintai..yo opo carane?; nangis menyang gusti Allah..: ”Ya Allah..kulo niki ya Allah..ngeten-ngeten tok mawon kulo niki ya Allah….sek dereng saget istiqamah kulo ya Allah..sek dereng saget thuma’ninah kulo ya Allah..niki kekurangan kulo ya Allah..niki apes kulo ya Allah..kulo kepingin ya Allah..bareng arek wedok..bareng arek lanang ya Allah..sing pundi arek wedok, arek lanang kolo wau ya Allah…bisa memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri saya ya Allah..untuk menghadap istiqamah..thuma’ninah ke hadiratmu ya Allah….”

Artinya cinta iku opo seh?. Artinya cinta iku butuh dikuatkan dengan kasih sayang…sing dimaksudno kasih niku nopo?. Nek wong niku cintae niku bener..nggeh ta…cinta bukan untuk memiliki..cinta hanya untuk membahagiakan orang yang dicintainya…pengorbanan yang paling besar adalah mengorbankan orang yang dicintainya.. menjadi milik orang lain demi untuk kebahagiaanya.

Maksude cinta niku membahagiakan wong sing dicintai….tandane wong cinta niku nopo?: Kasih; asih.. Artine kasih niku npo?: Memberi.. Nek wes kepetuk niku nopo? Ngalah…Mangkane..nek wong manten anyar niku nopo? Koq seneng?. Nopo.o, koq mbarang manten anyar niku koq enak kabeh rasane?. Tapi barang wes rabi rodok suwe koq gak patek enak?…Opo.o barang manten anyar koq guyub?. Opo.o barang manten anyar koq mesra?. Koq enak..barang rabi wes rodok suwe koq rodok sikut-sikutan..?. Mergo opo?. Cumak siji thok..karena di antara kedua mempelai, di antara suami istri niki nopo? saling mengalah..saling mendahulukan…tidak ada yang saling menuntut..”Dek mangano dek”..”Emoh mas.. ngenteni sampean wae”..nggeh ta?.. ”Mas… sampean mangan mas…”. “Gak enak dek…gak bareng awakmu..linggiho disik koen… mengko mari awakmu aku.”

Lho, niki lho yang membawa langgenge cinta niku… nopo? kasih…saling memberi..saling mengerti dengan orang yang dicintainya..saling mengalah..

Lha nek wes rodok suwe saling menuntut.. Ooook wong wedok gak ngerti kewajibane…”. Lhak iyo to…? ”njalok enake tok..”. Wong wedok yo ngono sisan nang wong lanang… ”Wong lanang njaluk menange dewe..gak ngerti susahe wong wedok..”. Lho, niki lho…tidak saling memberi…iki sing mbarakne nopo? (mbarakne) Cinta niku rodok kabur…

Lha nek wes kasih…timbul sayang..apa artinya sayang itu apa?. Dituntun orang yang disayangi..di dalam menuntun itu bagaimana?..memberi sesuatu dan menolak sesuatu..nek sekirane gak dadi apik.e…”Dek..dek..ojok ngono dek…nek lungguh ngene dek…nek mangan ojok ngono dek…ojok kon pangan iki dek…”. “Sing apik akhlaqmu mas…kudune ngene mas..nek koen ngene mas..ndadekno gak apik mas..”,: (dadi) dituntun endi dalan sing apik..nek sek durung iso nuntun dalan sing apik, iku berarti durung sempurna olehe sayang…”


*Transkrip pengajian Romo Yai Achmad Asrori Al Ishaqiy RA saat bihalal di masjid petrokimia Gresik tahun 1995. Sumber: Pecinta rasulullah Kota Surabaya

Nasehat Kiai Said Tentang Pernikahan dan Cinta Kasih

Juni 14, 2019 0 Comments
Antara Lafadz kholaqo dan ja’ala, tentu memiliki arti yang berbeda dengan kata ja’ala, meskipun jika diterjemahkan tampaknya sama saja, yakni menjadikan atau menciptakan.

Kholaqo itu bermakna membuat dengan melalui proses yang tidak dapat diganggu gugat. Kholaqo adalah kata kerja yang tidak dihubungkan pada proses manusiawi, proses penciptaan yang terkandung dalam makna kholaqo adalah murni hak preogratif Allah.

Hal ini berbeda dengan kata ja’ala yang pada prosesnya menyertakan pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan. Jika sebuah kalamullah menggunakan kata ja’ala, maka berarti manusia turut dilibatkan dalam proses pengerjaannya.

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. QS aR-Ruum: 21

Mengapa pada ayat diatas ketika Allah mengatakan menciptakan manusia, memakai kata “khalaqa”, sedangkan ayat selanjutnya pada ayat diatas juga, ketika mengatakan “menjadikan diantara kamu rasa kasih dan sayang “ itu memakai kata “ja’ala “ bukankah kedua arti diatas sama-sama memiliki arti “menjadikan/menciptakan…..?

Ternyata, betapa telitinya Allah dalam memasangkan kata perkata sesuai dengan maknanya yang terkandung didalam al-Qur’an, dan pemakaian setiap kata tersebut berbeda maknanya.

Pada lafadz pertama dalam ayat diatas, Allah mengatakan menciptakan manusia menggunakan lafdz خلق. Jadi benar-benar Allah yang menciptakan manusia itu tanpa ada campur tangan makhluk lainnya, sementara pada kata kedua menggunakan kata جعل Dan menjadikan diantara kamu cinta dan kasih sayang.

Ini bermakna bahwa dalam menciptakan atau menjadikan pernikahan itu menjadi sebuah cinta, kasih sayang, kenyamanan, ketentraman dan ketenangan diantara kedua mempelai bukan hanya berasal Allah semata yang menentukannya, tapi atas usaha kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.

Allah memang sudah menjanjikan pada kita dengan adanya pernikahan, maka terciptalah ketenangan, kasih sayang dan cinta, namun itu semua tidak akan tercapai tujuan pernikahan untuk menuju ketenangan jiwa, cinta dan kasih sayang, tanpa usaha dari kedua belah pihak.

Itulah sebabnya Allah memakai kata جعل bukan khalaqa خلق.

Selamat menempuh hidup baru untuk Muhammad Amud Shofi dan Aufa Najda Zainab.


*Nasehat ini disampaikan di acara resepsi pernikahan keponaka Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, yaitu Muhammad Amud Shofi Dengan Aufa Najda Zainab. Sumber: Teras Kiai Sa’id

Nasehat Kiai Soleh Bahruddin Tentang Adab Menikah

Juni 14, 2019 0 Comments
“Lek mbesok awakmu rabi, lek kate akad nikah kudu nduwe wudhu’, pernikahane cek langgeng tur barokah. Barokah iku coro Arab, coro Jawane yho iku mundak kebagusane.”

[Nak, besok kau akan menikah. Di saat mau akad nikah, harus punya wudhu (dalam keadaan suci), supaya pernikahannya langgeng dan berkah. Barokah itu bahasa Arabnya, bahasa Jawanya yaitu tambah kebaikannya].

“Awakmu kabeh, tulung nek akad nikah, kudu nduwe wudhu’, pernikahane cek langgeng. Cek gak balak-balek rabi ae, cukup rabi siji, ora usah rabi loro-telu pernikahane cek barokah.” 

[Kalian semua, tolong di saat akad nikah harus punya wudhu (dalam keadaan suci), supaya pernikahannya langgeng, dan tidak berulangkali menikah. Cukup satu saja, tidak usah menikah dua-tiga kali agar pernikahannya berkah].

“Lek nang bojo kudu sabar ojo moroan tangan. Nang anak yo kudu sing sabar, tiruen Aku (Kiai Sholeh). Aku sabar, yho tiruen. Aku loman, yho tiruen. Aku gak mbenak-mbenakno, yho tiruen. Aku apik karo bolo tonggo, yho tiruen. Aku disiplin lan istiqomah, yho tiruen. Aku gak wayoh, gak rabi loro-telu, tapi cukup siji, yho tiruen.” 

[Nak, kepada istri harus sabar jangan mudah memukul, apalagi memukul wajah. Kepada anak juga harus sabar, tirulah aku. Aku sabar, tirulah. Aku loman, tirulah. Aku tidak membeda-bedakan, tirulah. Aku baik dengan tetangga, tirulah. Aku disipilin dan istiqamah, tirulah. Aku tidak berpoligami, tidak menikah dua-tiga tapi cukup satu, tirulah].


Sumber: FP Ngalah Community.

Nasehat Syaikhona Kholil Bangkalan Tentang Kewajiban Suami Istri

Juni 14, 2019 0 Comments
Melalui karyanya yang berjudul As-Silah fi Bayan an-Nikah, Syekh Kholil yang merupakan tokoh kelahiran 27 Januari 1820 M di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, itu menegaskan bahwa pernikahan pernikahan adalah sarana dan media syar’i memperoleh keturunan saleh dan salehah yang kelak akan mendoakan kita selama masih hidup, atau setelah ajal menjemput.

Syekh Kholil juga mengingatkan tentang perkara yang bisa membatalkan pernikahan, yaitu ada dua poin yang pertama tidak terpenuhinya salah satu rukun atau syarat pernikahan.

Apa saja rukun menikah? Yakni keberadaan mempelai laki-laki dan perempuan, wali, dua saksi, dan pernyataan pernikahan (shighat). Kedua, perkara yang membatalkan hubungan pernikahan adalah murtadnya salah satu dari mempelai. 

Terjaganya mahligai perkawinan tak bisa terlepas dari pemenuhan kewajiban dan hak masing-masing pasangan. Menurut Syekh Kholil, ada lima kewajiban seorang suami kepada istrinya yaitu kewajiban membayar mahar, memberikan nafkah (baik lahir atau batin), menyediakan sandang, menyediakan tempat tinggal, dan memperlakukan istri dengan perlakuan sebaik-baiknya.

Kemudian, Syekh Kholil yang bermazhab Syafi’i ini juga membeberkan kewajiban yang mesti dilaksanakan istri terhadap suaminya.

Kewajiban tersebut ada tiga yaitu, menaati jiwa dan raga dalam segala perkara yang diperbolehkan Allah SWT, hendaknya tidak melakukan puasa tanpa seizin suami, dan tidak keluar rumah juga tanpa restu suami.

Syekh Kholil menggarisbawahi, haram hukumnya bagi suami melarang istri atas perkara yang wajib, seperti melaksanakan shalat lima waktu, atau perintah agama lainnya.

Dan ingat, kata Syekh Kholil, haram pula bagi perempuan berlaku sewot (nusyuz)  berpaling dari suami. Tindakan tersebut justru bisa menggugurkan apa yang memang menjadi hak sang istri sampai yang bersangkutan kembali lagi menaati suaminya.

Dan camkan wahai para suami, kewajiban mendasar terhadap istri adalah mengajarkan prinsip dan dasar-dasar agama baik yang terangkum dalam rukun Islam ataupun rukun iman.

Allah SWT berfirman,”Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS an-Nisaa’ [4]:19).


Sumber: https://www.republika.co.id/amp/pgp6cs320

Lima Nasehat Pernikahan dari Gus Mus

Juni 14, 2019 0 Comments
1. Menata Niat

“Niat iku nomer siji. Niatmu mbok toto apik, insyaallah perjalanan hidup nanti baik. Saiki diniati cah loro niat kawin, ibadah, nderekno lampahe Kanjeng Rasul SAW. Niat supoyo kowe iso awet, apik, bukan hanya dengan bojo, tapi dengan siapa saja. Nomer siji, cateti.”

(Sekarang yang nomor satu. Tatalah niat baikmu, insyaallah perjalanan nanti baik. Sekarang kalian berdua niati menikah, ibadah, dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Niati juga agar kalian berdua langgeng, baik, tidak hanya dengan pasangan, namun dengan siapa saja. Catat ya, itu yang pertama)

2. Menyadari Kemanusiawian Pasangan

“Kowe tetepo dadi menungso, tegese bojomu dudu malaikat, opo meneh setan. Nek malaikat, ora tahu salah. Setan, ora tahu bener. Nek menungso, iso bener iso salah, iso ileng, iso lali. Dadi karena memandang pasangannya sebagai manusia kita bisa memaklumi kalau ada khilaf, ada kelupaannya.”

(Kamu harus tetap menjadi manusia, artinya, pasanganmu bukan malaikat apalagi setan. Kalau malaikat, tidak pernah salah. Setan, tidak pernah benar. Kala manusia, bisa benar- bisa salah, bisa sadar-bisa lupa. Jadi karena karena memandang pasangannya sebagai manusia kita bisa memaklumi kalau ada khilaf, ada kelupaannya.)

3. Berpijak Pada Dalil yang Memuliakan Pasangan

“Kowe kudu ngerti dalilmu karo dalile mbak Vira -menyebut nama pengantin perempuan– dewe-dewe, ojo mbok walek-walek. Dalile wong wedok bedo karo wong lanang. Arrijaalu qowwaamun ben dicekel mbak Vira, dalil sing ngormati wong wedok, cekelono kowe. Bangsane dalil ‘Maa Akromannisaa’a  illaa kariim, wa maa ahaanahunna illa la’in’, sing mulyakno wong wedok iku mung wong sing mulyo, wong sing hina itu adalah orang yang menghina perempuan. Hina. jadi mulyakno perempuan.”

(Kamu harus tahu bahwa dalilmu [berkata pada pengantin lelaki]  dan dalilnya mbak Vira [menyebut nama pengantin perempuan] itu ada sendiri-sendiri, jangan dibolak-balik. Dalilnya istri berbeda dengan dalilnya suami.  Arrijaalu qowwaamun, biar dipegang mbak Vira, dalil yang menghormati istri, kamu yang pegang. Misalnya dalil ‘Maa Akromannisaa’a illaa kariim, wa maa ahaanahunna illa la’in’. Hanya lelaki mulia yang memuliakan perempuan, dan hanya  lelaki hina yang menghinakan perempuan. Hina. Jadi, muliakanlah perempuan.)

4. Tidak Berlebih-Lebihan Dalam Segala Hal

“Nomer papat supoyo awakmu iso ajeg, apik karo bojo, ajeg sembayang, ajeg berjuang, ajeg ngaji segala macem, cekeli: ojo berlebih-lebihan dalam segala hal. Orang yang suka berlebih-lebihan dalam segala hal, ora iso adil sejak berfikir, ora bisa istiqomah.  Sarat adil, istiqomah, itu tidak berlebih-lebihan dalam segala hal.”

(Nomor empat, agar kamu bisa konsisten/istikomah (ketentraman hati), baik dengan pasangan, istikomah salat, istikomah berjuang, istikomah mengaji dan segala macam, harus berlandaskan: Jangan berlebih-lebihan dalam segala hal. Orang yang suka berlebih-lebihan dalam segala hal, tidak bisa adil sejak berfikir, tidak bisa istikomah.  Syaratnya adil [dan] istiqomah itu tidak berlebih-lebihan dalam segala hal.)

5. Allah Tempat Kembali Segala Hal

“Nomer limo (nomer lima),  ono kesulitan apapun (ada kesulitan apapun), segede apapun (sebesar apapun), sekecil apapun, nyuwun karo Gusti Allah Ta’ala (memohonlah kepada Allah Ta’ala). Bagaimanapun kemampuanmu, hebatmu, jangan pernah lupa memohon kepada Allah Ta’ala.”


Nasehat Habib Lutfi Buat Kamu yang Belum Nikah

Juni 13, 2019 0 Comments
Rahmat turun karena sebab ikhtiar. Contoh: sakinah, mawaddah dan rahmah akan muncul jika seseorang sudah ikhtiar untuk menikah. Yang Allah Swt. perintahkan kepada kita adalah memilih suami yang shaleh atau istri yang shalehah. Sebisa mungkin, taatilah perintah tersebut tanpa berpikir sampai kapan jodoh kita itu bertahan.


Banyak sekali kriteria yang dipilih seseorang (misalkan kecantikan, kegantengan, pangkat harta, dll.) tapi pilihlah pasangan yang memiliki kualitas bagus dalam hal ibadah dan akhlak. Sedangkan masalah harta itu nomor tiga. Rasulullah Saw. menjamin kalau seseorang mendahulukan hal demikian, kelak kehidupan suami akan mudah, ringan, lapang dan tanpa beban (fadzfar bidzatiddin taribat yadaka).

Perlu diketahui, rahmat Allah Swt. itu tidak akan datang tanpa usaha dari anggota keluarga dan keshalehan anggotalah yang diperlukan dalam mangarungi gelombang kehidupan rumah tangga. Sedangkan aktifitas lainnya (semisal seks) itu hanyalah sarana pelengkap saja. Jadi keshalehan para anggota keluargalah yang dibutuhkan dalam mengarungi gelombang kehidupan.

Syarat utama dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah itu adalah seorang suami sudah siap menjadi bapak sebelum menjadi bapak, sedangkan istri sudah siap menjadi ibu sebelum menjadi ibu. Oleh karena itu, bagi seorang lelaki carilah wanita yang sudah tampak jiwa keibuannya, begitu juga dengan wanita carilah lelaki yang berjiwa kebapakan.

Masalah jodoh itu saya ibaratkan dengan buah. Buah itu akan masak kalau sudah tiba waktunya. Kalau buah belum masak, rasanya akan masam. Dan kalau masam, mungkin buahnya tidak akan termakan. Sebab selain bergetah, buah yang belum masak dapat membuat sakit perut. Jadi menunggu jodoh tiba itu ibarat kita menunggu buah yang akan masak, nanti akan tiba sendiri.

Kita tidak boleh berperasangka buruk, misalnya “kok jodohku lambat” tapi kembalikan semuanya pada Allah Swt. Sebab Allah lah yang menentukan jodoh kita. Jodoh yang ditentukan oleh Allah Swt. itu kelak akan datang kepada kita. Allah lah yang mengatur jodoh kita. Kita juga tidak boleh berperasangka buruk dan menyalahkan orang lain. Yang penting, jangan berputus asa memohon kepada Allah (berdoa).

Saya sarankan bagi yang belum menikah, sebaiknya pelajari dulu apa itu pengertian sakinah, mawaddah dan rahmah. Persiapkan mulai sekarang bagaimana cara menjadi orangtua yang baik. Sebab kelak perilaku anak itu kurang lebihnya akan meniru perilaku orangtuanya. Jangan pontang-panting minta anak shaleh-shalehah setelah jabang bayi lahir. Tapi mintalah mulai sekarang, mintalah secara istiqamah kepada Allah Swt. agar kelak dikasih pasangan yang shaleh-shalehah serta diberikan anak yang shaleh-shalehah pula yang mampu menjawab tantangan bangsa dan negara.

Untuk pemudi, paling penting kriteria calon suami itu; semangat bekerja, bertanggungjawab, tidak meninggalkan shalat 5 waktu, dan mau mendekati ulama dan orang-orang shaleh. Insyaallah akan membawa kebaikan baik duniawi maupun ukhrawi. Yang masih single semoga segera mendapat jodoh, yang membawa maslahat dunia dan akhirat.

Nasehat Kiai Ahsin Kepada Pengantin

Juni 13, 2019 0 Comments

Kamu tahu, lapik (tatakan) ini memang dibuat untuk cangkir yang tadi sempat bertengger di atasnya. Bahan, ukuran, dan coraknya, sama. Fungsinya, juga saling melengkapi. Inilah jodoh yang tak bisa dipungkiri.


Namun, sejodoh-jodohnya barang, secocok-cocoknya makhluk, ketika dipasangkan nyaris pasti menimbulkan bunyi seberapapun pelan dan senyapnya. Ting! begitu bunyi yang terdengar ketika cangkir kembali diletakkan di atas tatakan.

Dalam pernikahan ada sekian banyak tantangan dan cobaan yang siap mengadang. Prasyaratnya cuma satu, komitmen. Ditambah kesadaran bahwa bukan kesamaan yang mengantarkan orang per orang berpasangan. Tapi, justru perbedaan yang dimilikilah yang bisa menjelma peluang untuk dikelola menjadi sesuatu yang dapat saling melengkapi.

Konflik, cekcok, ketidakselarasan, salah sangka, curiga, cemburu, stagnan, mati rasa, dan seabrek kemungkinan lain yang menyertai bahtera rumah tangga, bukan sesuatu yang perlu ditakuti. Selama dada masih memendam iman dan niat baik dalam ikatan perkawinan, semuanya bakal terasa biasa-biasa saja.

Nasehat ini tak tertuju khusus kepada mempelai pria atau perempuan. Keduanya berpotensi dihampiri problem serupa. Agama cuma menanamkan hikmah berlomba dalam menunaikan kebajikan. Apa-apa yang datang, mesti diselesaikan pula dengan semangat kebaikan.

Makna konflik dalam rumah tangga adalah ketika suami dan istri saling menyusahkan salah satu pihak. Peluangnya sama dan amat memungkinkan mengantarkan semuanya kepada risiko besar ketika tak diolah dengan penuh rasa sabar. Istri yang nusyuz, misalnya, - jika tanpa dikomunikasikan telaten dan pelan-pelan- akan berdampak pada perilaku suami yang salah kaprah pula. Rujuk tidak, melepaskan dengan baik-baik pun enggan.

Padahal, jika amat masyhur didengar nasihat “jodoh, mati, dan rezeki berada di tangan Tuhan”, maka, keputusan-keputusan yang diambil dalam kebuntuan pun tak halal mengabaikan kebaikan. Ihwal pernikahan begitu terang dalam Q.S Al Baqarah: 299, fa imsaakun bi ma'rufin aw tasriikhun bi ikhsan. Kebersamaan atau perpisahan, tetap diwajibkan diambil melalui jalan kebaikan.

Sumber: dirangkum dari Secangkir Nasihat Pengantin dari Kiai Ahsin tulisan Sobih Adnan

Tanda-tanda Baligh

Juni 13, 2019 0 Comments
Kajian  Risalatul Mahid - Tanda-tanda Baligh

Seorang anak bisa dihukumi baligh apabila sudah memenuhi salah satu dari empat tanda baligh.



1. Genap berumur 15 tahun Qomariyah/hijriyah bagi laki-laki atau perempuan.

Hal ini berdasarkan hadits Ibu Umar. Tatkala beliau diajukan kepada Nabi SAW untuk ikut berperang dalam perang Uhud saat masih berusia 14tahun. Namun Nabi tidak merestuai karena menganggapnya belum baligh. Kemudian pada perang Khondaq, Ibnu Umar diajukan kembali kepada Nabi SAW untuk ikut berperang, saat berusia 15 tahun. Karena nabi menganggapnya sudah baligh, maka beliau merestuainya.

Dari hadits di atas, Ulama merumuskan bahwa bila seorang anak laki-laki atau perempuan sudah genap berumur 15 tahun, maka dihukumi baligh. Sedangkan cara penghitungannya, dimulai dari terpisahkanya anak dari kandungan sang Ibu sampai genap umur 15 tahun Hijriyah dengan hitungan pasti.

2. Keluarnya sperma pada saat minimal usia 9 tahun Hijriyah bagi laki-laki atau perempuan.

3. Haid pada saat minimal usia 9 tahun. 

Artinya seorang wanita atau laki-laki dihukumi baligh sejak pertama kali mengalami haid/keluar sperma meski belum berusia 15 tahun.

Perlu diinformasikan kepada buah hati, bahwa jika sudah sampai pada masa baligh maka segala amal akan dihitung untuk kemudian kelak dipertanggung jawabkan. Satu shalat saja luput setelah masa baligh (tidak dikerjakan, terlewat waktu, dsb), Harus diganti seberapa pun banyaknya.

Jika memiliki buah hati laki-laki dan perempuan, perlu diperhatikan untuk memisahkan mereka saat mandi jika salah satu telah berusia 3 tahun. Dan memisahkan tempat tidur jika hampir atau sudah baligh.

Muslimah Mengaji

Ngaji Hidup Pada Mbah Jum

Juni 13, 2019 0 Comments
Oleh: Fina Afidatussofa

Ruang utama pondok kami sedang diperbaiki,  beriringan dengan perombakan total madrasah tempat kami mengaji saban malam. Semua kelas dialihkan ke berbagai tempat.  Ruang-ruang masjid, bahkan ndalem (rumah)  pengasuh.

Semua kelas mendapat jatah tempat masing-masing kecuali kelas kami. Ya.  Kami tidak kebagian ruang.  Semua ruang sudah terpakai,  sementara kami tidak mungkin nebeng kelas lain sebab pelajaran pun tentu beda materi.

Untuk beberapa hari, kelas kami dikosongkan.  Kami diminta menelaah materi-materi terdahulu di kamar.  Jadi saban malam kami kumpul rame-rame di kamar tertentu untuk membahas kitab.



"Pak Bahrul masih berusaha mencarikan tempat untuk kita,  semoga aja cepat ketemu," kata Rania saat kami sarapan Bubur Ayam di tempat Mbah Jum.

"Haduh lama banget,  sebentar lagi kita ujian semester.  Kitab-kitab belum pada khatam, " Keluhku sebelum memakan sesuap bubur dan mengigit bakwan hangat. 

"Ono opo to nduk?  Madrasah dibongkar,  kalian belum dapat kelas? " Mbah Jum bertanya sambil membungkuskan bubur sayur pesanan Mbak Winda.

"Enggih Mbah.. " Jawab kami bersamaan.

"Lha kalian ndak dapat kelas,  gitu? "
Wah rupanya Mbah Jum menyimak obrolan kami.

"Nggih Mbah, jadi beberapa hari ini kami belajar di kamar. Ruang depan pondok dan aula juga dirombak.  Jadi ndak ada tempat belajar buat kelas kami Mbah.."

"Belajarnya di rumah Mbah saja sana. Di ruang tamu. Kalau malam ndak pernah ada tamu," ucap Mbah Jum masih sambil meladeni pembeli.

Aku dan Rania berpandangan. Ide Bagus.

"Apa ndak apa-ama Mbah?" Tanyaku sungkan.

"Ngga-popo to Nduk.."

*

Setelah berembuk dengan Pak Bahrul-Wali kelas kami, dan setelah secara khusus beliau meminta ijin Mbah Jum sebagai bentuk "kulonuwun" atau unggah ungguh memohon ijin untuk kemi bisa menempati ruang tamu Mbah Jum sementara waktu, kami memulai pelajaran lagi malamnya.

Rumah sederhana Mbah Jum yang beralaskan tanah,  kami gelari tikar. Toh mengaji kitab hanya butuh kehadiran,  setor kuping dan memakanai, jadi ruang tamu Mbah Jum sangat membantu kami meski cahayanya agak temaram .

Kelas kami hanya berjumlah dua belas santri putri.  Tidak memakan cukup banyak tempat. Jadi terasa nyaman-nyaman saja.

Kami mengaji kitab Fathul Qorib malam itu, syahdu mendengarkan Pak Bahrul menerangkan.  Sama sekali tidak terganggu dengan suara masakan Mbah Jum di dalam. 

Satu jam setengah berlalu. 
Belum juga usai pelajaran malam itu,  Mbah Jum dan  Arifa cucunya mengeluarkan tempe. mendoan hangat beberapa piring. Lalu Arifa masuk lagi mengambil teko berisikan teh,  disusul gelas-gelas.

"Lho Mbah kok repot-repot," Pak Bahrul kelabakan merasa tidak enak melihat jamuan tak terduga ini.

Kami juga ikut merasa sungkan rasanya.  Samasekali tak mengira kehadiran kami membuat Mbah Jum sibuk menyiapkan jamuan.

Ternyata suara srang-sreng dari dapur tadi adalah suara tempe goreng buat kami.

"Endak-endak,  mboten repot.  Saya ini seneng kalau rumah dijadikan ngaji.  Saestu (sungguh)",

"Nggih Mbah maturnuwun,  tapi besok ndak perlu seperti ini nggih. Kami jadi merepotkan"

"Mpun Pak Ustadz ndak usah hawatir. Mbah Jum seneng, jangan dilarang-larang nyuguhi. Kalau cuma punya air putih ya itu yang saya sediakan."

"Mpun dinikmati mawon," Lanjut Mbah Jum menyodorkan piring-piring dan gelas yang oleh Arifa telah dituangkan teh.

"Dihabiskan lho nggeh, dawuhe Pak Yai kalau disuguhi makanan dan yang ngasih ekhlas laher baten,  yang makan juga insya Allah angsal katah barokah.. "

*

Jadilah sejak malam itu,  Mbah Jum selalu menyuguhi kami apa pun setiap pelajaran nyaris usai.

Kadang bakwan goreng,  keripik singkong, keripik tempe,  pisang godog,  ubi rebus, dan lain-lain.  Sederhana tapi mampu mengganjel perut kami yang lelah didera durasi ngaji.

Kami yang awal-awal makan sambil sungkan,  lama-lama menjadi terbisa dan menikmati.  Sambil berdoa agar rezeki Mbah Jum lancar jaya.

*

Malam melarut saat aku duduk sendirian di teras atas pondok putri. Mushaf Qur'an masih kugenggam sejak beberapa menit sebelumnya, tanpa kubuka.  Aku sibuk memandangi gemintang yang membaur luas. Sambil membayangkan sosok Mbah Jum.

Ia hanya tinggal bersama Arifa,  cucunya.  Arifa ditinggal wafat kedua orang tuanya sejak SD. Padahal Ibu Arifa adalah anak satu-satunya.

Entah bagaimana kemudian Arifa menamatkan sekolahnya hingga lulus SMA. Yang kami tahu sekarang Arifa bekerja jadi buruh pabrik.

Mungkin menurun sifat Mbah Jum yang biaya hidupnya begitu ngirit, Arifa dengan gaji UMR-nya pun berusaha menyederhanakan kebutuhannya sehingga sedikit banyak ia bisa meringankan beban Mbah Jum.

Saban tahun Mbah Jum tidak pernah ketinggalan setor hewan kambing untuk Qurban.  Ia menabung hasil keuntungan dagang bubur di koperasi saban minggunya.

Yah tentu ini sesuatu yang istimewa.  Sebesar apa pun penghasilan seseorang, kalau menuruti kebutuhan dan keinginan memang tak pernah ada lebihnya. Makanya aku sendiri salut dengan ketelatenan Mbah Jum menyisihkan uang di tengah berbagai kebutuhan hidup.

Dari lantai atas ini,  aku bisa melihat sepetak tanah belakang rumah Mbah Jum.  Antara pondok putri dan rumahnya, hanya jeda warung jajanan milik Yu Qonah. 

Aku sering melihat Mbah Jum bersama Arifa memetik berbagai bahan masakan dari kebun sederhananya.  Sayuran,  cabai,  daun salam,  apapun!

 Kutakar barangkali ini juga yang bikin mereka sangat irit.  Mereka tanam sendiri kebutuhan dapurnya.  Kami bahkan sering diminta metik sendiri jika perlu sesuatu.  Ah,  Mbah Jum begitu menyayangi kami.

"Simbah ini bodo, Nduk.  Tapi simbah seneeeeng banget sama bocah-bocah sing seneng ngaji, " ucapnya suatu ketika.

Kami terkagum pada Mbah Jum yang selalu menyimak pengajian Abah Yai dan menerapkannya. Bukankah ada tiga tingkatan dalam ilmu, pertama menjadi ahli ilmu, kedua mencari ilmu  ketiga mencintai ilmu dan mencintai orang-orang yang menuntut ilmu.

Arifa, cucu satu-satunya sudah tamat madrasah pondok sebagai santri kalong (Hanya ikut sekolah,tidak mondok).

Saban malam seusai membantu menyiapkan camilan, ia juga ikut nimbrung kelas kami, mengulang materi yang tentu sudah ia pelajari.

Hmm..

Di belakang rumah itu juga,  tiap sepertiga malam kulihat Mbah Jum mengambil air wudhu di padasan.  Semua santri putri pernah menyaksikannya.  Keistiqomahan Mbah Jum yang selalu bangun malam membuat kami tidak takut bangun dini karena yakin Mbah Jum pun sudah membuka harinya.  Meski lokasi kami berjarak,  entah kenapa kenyataan satu itu begitu menenangkan kami.

~

Aku melihat ketulusan dalam kesederhanaan sebagai sesuatu yang istimewa dan mengagumkan.

 Hidup Mbah Jum begitu bersahaja. Rajin jamaah di masjid, rajin menyimak pengajian dan mengikuti beberapa majelis Ibu-ibu yang diadakan pondok untuk masyarakat. Baik pada tetangga utamanya pada kami. Kesehariannya amat sederhana,  tenang dan dari waktu ke waktu berusaha menerapkan apa-apa yang didawuhkan Abah Yai dalam kajian-kajian ba'da subuh yang memang sengaja menggunakan pengeras.

Di lingkungan ini,  TOA untuk ngaji pagi adalah kelumrahan yang sudah terjadi bertahun-tahun sebab mayoritas warganya juga suka mengaji. 

*

"Pak Ustadz saya mau bertanya," Suatu maalam,  Mbah Jum tiba-tiba menyibak tirai usang pembatas ruang tamu saat kami mengaji Bab Haji.

"Saya punya tabungan 26 juta.  Baiknya saya Umroh apa daftar Haji ya?"

Kami terbelalak.  Tabungannya sebanyak ituu?

"Wah banyak sekali Mbah tabungannya, "

"Saya nabung lalu saya belikan sapi dan dirawat si Selamet. Sapinya beranak pinak beberapa tahun ini Pak Ustadz.  Lalu beberapa saya jual, "

"Aihhhh Mbah Jum ini hobinya memang menabung.  Passion yang luar biasa." Pak Bahrul berkelakar.

"Bagusnya daftar Haji Mbah.  Umroh sebelum haji bukan kesunnahan. Malahan sebetulnya ada ulama yang mengharamkan. Saking urgennya prioritas haji ini,"

"Bagaimana jika usia saya ndak smapai pak Ustadz?  Apa tidak lebih baik saya umroh untuk bisa melihat Ka'bah? "

"Yang utama daftar hajinya,  Mbah.  Persoalan nanti kita bisa sampe gilirannya atau tidak, Insya Allah sudah tercatat sebagai orang yang menyempurnakan rukun islam."

"Nggih, nggih maturnuwun... " Mbah Jum mohon diri.

Pak Bahrul diam beberapa saat,  menunduk memperhatikan kitabnya tanpa sepatah kata pun.  Nampaknya berusaha menguasai rasa haru yang menyeruak begitu saja. Sama seperti kami. Aku khususnya.

Kuperhatikan lantai tanah ini, deretan anyaman bambu pemisah ruangan ini dengan ruangan yang lain,  usangnya kayu-kayu penyangga rumah, dan ruang tamu bersahaja tanpa banyak dekorasi. 

Sudah hampir sebulan kami menumpang, pekan setelahnya kami kembali ke madrasah utama yang sudah agak layak ditempati meski belum ditembok.

Kami begitu nyaman di ruang tamu ini,  ditambah hangatnya sambutan Mbah Jum dan Arifa yang selalu sumringah tiap menjamu kami. 

 Ingat Mbah Jum yang sempat menerima dengan berat saat kami berikan amplop dan beberapa keperluan dapur seperti minyak,  gula dan lain-lain lalu disusul dengan permohonan,

"Tulung nduk ndak usah begini, saestuuu,  embah sedih kalau kalian begitu.  Mbah Jum ini pokoknya lagi ngerayu Gusti Allah biar hidup mbah barokah, dosane diampuni dan nanti kalau mati bisa khusnul Khotimah.  Jadi kalau simbah kasih ini itu ke kalian,  ndak usah kepikiran memberi balik.  Cuma hal-hal kecil begini yang bisa embah lakukan, "

Duh mbah, tak ada yang kecil dalam keikhlasan dan kesungguhan. 

Aku ingat dawuh Abah Yai saat mengaji,  ada seseorang yang diangkat menjadi wali bukan karena kealiman atau keluarbiasaan ibadah ritual,  tapi karena kedermawanan.

Duh Gusti, mondok di sini bukan saja hanya dapat ilmu dari kitab,  tapi bahkan bisa mengaji dari hidup sehari-hari orang-orang yang begitu bersemangat menjalankan apa yang bisa dilakukan dengan kesungguhan,  ketulusan dan dilengkapi murninya harapan.

Nasehat Mbah Mufid Pandanaran

Juni 13, 2019 0 Comments
Berikut ini sebagian nasehat almarhum KH. Mufid Mas'ud kepada para santrinya. Beliau adalah ahlul Quran pendiri Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta sekaligus menantu Hadratussyaikh KH. Muhammad Munawwir Krapyak.

"Kabeh santriku ojo sampek wayoh, duwe siji sing gemati diagem sampek mati, nek ono santri sing wayoh engko tak keplaki."

(Semua santri saya jangan sampai poligami, punya satu harus perhatian sampai mati, kalau ada yang poligami nanti saya tempeleng)

"Aku ora ngaramke rokok, kerono akeh kyai sing podo ngerokok, aku nderek Kyai Munawwir sing ora ngerokok, dadi kowe kabeh santriku yo ojo ngerokok, cangkem gawe deres Qur'an kok diobong."

(Saya tidak mengharamkan rokok karena banyak kyai yang merokok, tapi saya ikut Kyai Munawwir yang tidak merokok, jadi kalian kalau jadi santri saya ya jangan merokok, mulut untuk baca Qur'an kok dibakar)

"Aku ora pingin duwe santri sing dadi muballigh ceramah-ceramah ning subuhe karipan,
kaburo maqtan 'indallooh!"

(Saya tidak ingin punya santri yang jadi muballigh rajin ceramah, tapi subuhnya kesiangan.
كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما لا تفعلون)

"Nek gawe omah diniyati gawe hurmat tamu insyaallah barokah lan gampang rizkine."

(Kalau membangun rumah diniatkan untuk menghormati tamu, insyaallah berkah dan banyak rizkinya)


Wanita Solehah Bagai Gagak Putih

Juni 13, 2019 0 Comments
Oleh: Zia Ul Haq

Imam al-Ghazali memisalkan gadis jelita dan salehah bagaikan 'gagak putih'. Ia jarang ada dan tak bisa diburu, hanya kesalehan pulalah yang bisa mempertemukanmu dengan gadis semacam itu. Mungkin kisah ini adalah salah satu contohnya.


Shah Syuja' memiliki seorang anak perempuan yang cantik jelita. Raja-raja dari Kerman silih berganti melamar putrinya itu. Namun Shah Syuja' meminta waktu tiga hari untuk memutuskan, ia tak mau salah menikahkan putrinya.

Dalam tiga hari itu dia berkeliling dari masjid ke masjid. Ketika sampai di suatu masjid, ia melihat seorang darwis sedang khusyu bermunajat. Ia menunggu sang darwis menyelesaikan ritualnya, lalu dihampirinya dan ditanyakan;

"Mas, Sampean sudah berkeluarga?"

"Belum, Pak."

"Nah! Sampean mau nggak nikah sama seorang gadis yang hobinya nderes Quran?"

"Woalah! Mana ada yang mau menikahkan gadis seperti itu sama saya ini. Lagian, saya ini kismin, cuma punya duit tiga dirham doang, Pak."

"Oke, akan saya nikahkan anak saya sama Sampean!"

"Lhoh!?"

"Beneran! Biar duit Sampean yang satu dirham buat beli roti, satu dirham buat beli minyak wangi, satu dirham sisanya disimpan aja. Gimana?"

Si darwis itu pun setuju. Ini adalah kehendak Tuhan yang tak bisa dia tolak, pikirnya. Akhirnya, menjelang pernikahan, si anak diantar oleh ayahnye menuju rumah si darwis. Begitu masuk ke ruang tamu, gadis itu melihat sekerat roti kering di samping mangkuk berisi air. Ia pun bertanya;

"Roti siapa ini?"

"Rotiku," jawab si darwis miskin, calon suaminya, "Itu roti kemaren, Dik.. Aku sisakan kemaren buat dimakan hari ini."

Si gadis terkejut. Ia pun memutuskan untuk pulang dan mengatakan kepada ayahnya tidak mau menikah dengan pemuda darwis itu.

"Ya sudahlah.. Pak Syuja', anak gadis Sampean mana mau hidup bersama saya dengan segala kemiskinan ini, saya tahu, ia tak akan kuat.." ucap si darwis dengan nada datar.

"Eh, bukan itu alasanku!" potong gadis itu.

"Lalu kenapa?"

"Bukan karena kau miskin aku menolakmu. Tapi karena lemahnya keyakinanmu kepada Tuhanlah yang membuatku menjauh."

"Maksudmu, Dik?"

"Kau menyimpan roti kemarin untuk dimakan hari ini, kau tidak mempercayakan rejekimu untuk esok kepada Tuhan. Ada yang rusak di dalam keyakinanmu. Aku juga heran dengan ayahku, selama bertahun-tahun ia menahanku dan berjanji akan menikahkanku dingan pria bertakwa, eh hari ini malah menyerahkanku kepada pria yang tidak mempercayakan rezeki hariannya kepada Tuhan."

Dua lelaki itu terpana mendengar penjelasan si gadis. Si darwis memberanikan diri bertanya;

"Kalau kau anggap ini dosa, Dik. Lalu adakah penghapus bagi dosa ini?"

"Ya, ada," jawabnya, "Sisakan di rumah ini satu saja dari dua hal: roti kering itu ataukah aku."

Kisah ini 'hanya' suatu kejadian di masa lalu. Dan variabel keyakinan kepada jatah rezeki dari Tuhan tentunya berbeda di zaman sekarang. Namun satu hal yang akan selalu relevan adalah: bagaimana pertimbangan gagak putih tentang dimana dia akan menambatkan hatinya; bukan keadaan lahir melainkan kemapanan batin.